Pengertian MUJAHADAH secara umum adalah : berjuang,
bersungguh – sungguh, berperang melawan musuh. Didalam Wahidiyah yang dimaksud adalah bersungguh–sungguh
memerangi dan menundukkan hawa nafsu untuk di arahkan kepada kesadaran Fafirruu
– Ilalloh wa Rosulihi SAW.
Pengertian MUJAHADAH secara KHUSUS adalah : Pengamalan
Sholawat Wahidiyah atau sebagian dari padanya menurut adab, cara dan tuntunan
yang diberikan oleh Mu'allif Sholawat Wahidiyah, sebagai penghormatan kepada
Rosululloh SAW dan sekaligus merupakan doa permoohonan kepada Alloh SWT yang
diperuntukkan diri pribadi dan keluarga baik yang masih hidup maupun yang sudah
meninggal dunia, bagi bangsa dan negara serta pemimpin mereka di segala bidang
dan umumnya bagi segalah makhluk ciptaan Alloh SWT. Berikut Dasar Mujahadah :
Allah SWT berfirman, ‘‘Dan orang – orang yang bersungguh – sungguh
untuk mencari keridloan kami, benar – benar Kami tunjukkan kepada mereka jalan
– jalan Kami". Syekh Imam Al-Ghozali Berkata : ‘‘Mujahadah adalah kunci hidayah tidak ada kunci untuk
memperoleh hidayah selain Mujahadah”.
Adab – adab dalam bermujahadah:
- Dijiwai Lillah – Billah, Lirrosul – Birrosul, Lilghouts –
Bilghouts
- HUDLUR : hati showan / ingat / menghadap kepada Alloh
SWT.
- ISTIHDLOR : merasa benar – benar berada dihadapan Alloh
SWT.
- Disertai TA‘DHIM ( menghormat ) dan MAHABBAH ( mencintai
) Rosululloh SAW.
- Disertai dengan Tadzallu (merasa rendah dan hina ) wal
Iftiqor ( merasa sangat membutuhkan ) TADHOLLUM ( merasa dholim dan berlarut –
larut penuh dengan dosa dihadapan Alloh SWT wa Rosulihi SAW wa Ghouts Hadzaz -
Zaman Ra.
- Berkeyakinan bahwa Mujahadahnya / doanya diijabahi (
diterima ) oleh Allaoh SWT ( jangan sampai ragu – ragu ).
- Merasa benar – benar ma’mum / mengikuti Hadrotul Mukaram
Mbah Yahi / Romo Yahi, maka gaya, lagu, sikap, dan cara melaksanakan Mujahadah
harus sesuai dengan tuntunan Beliau .
- Adab lahir supaya di sesuaikan dengan adab batin dan di
anjurkan dalam keadaan dalam hadats (tidak batal).
Macam – macam Acara Mujahadah :
- Mujahadah Yaumiyah
- adalah Mujahadah yang dilaksanakan setiap hari oleh
setiap pengamal Wahidiyah.
- Mujahadah Usbu iyyah
- adalah Mujahadah berjamaah yang dilaksanakan seminggu
sekali oleh pengamal Wahidiayah satu kelompok / satu kampung / satu desa yang
diatur oleh Penyiar Sholawat Desa.
- Mujahadah Syahriyah
- adalah mujahadah yang dilaksanakan oleh pengamal
Wahidiyah sewilayah kecematan dalam sebulan / delapan hari sekali, yang diatur
oleh pengamal Wahidiyah Desa.
- Mujahadah Ru`busanah
- adalah Mujahadah yang dilaksanakan oleh pengamal
Wahidiyah sekab./ Kodya dalam tiga bulan sekali yang diatur oleh pengamal
Wahidiyah Kab. / Kodya.
- Mujahadah Nishfusanah
- adalah yang dilaksanakan seluruh pengamal Wahidiyah
sewilayah propinsi dalam setengah tahun sekali yang diatur oleh penyiar
Sholawat Wahidiyah Propinsi
- Mujahadah Kubro
- adalah Mujahadah yang dilaksanakan seluruh pengamal
Wahidiyah dua sekali setahun yaitu : Bulan Suro, / Muharam dan Bulan Rojab,
yang diatur oleh Pondok Pesantren Kedunglo.
- Mujahadah 40 hari.
- adalah Mujahadah yang dilaksanakan selama 40 hari dengan
cara – cara sebagaimana yang tertulis didalam Lembaran Text Sholawat Wahidiyah
- Dan lain-lain
Setelah melaksanakan Mujahadah, kita ber-Nida' Fafirru-
ilalloh menghadap 4 penjuru dengan maksud mengajak secara bathiniyah agar umat
dan masyarakat sedunia termasuk diri kita sendiri sekeluarga cepat- cepat lari
kembali mengabdi diri dan sadar kepada Alloh SWT.
Cara melaksanakannya :
- Sikap batin mengetrap jiwa sekuat – kuatnya memohon
kepada Alloh SWT agar Nida' / ajakan ini disampaikan kepada hati sanubari ummat
masyarakat seluruh dunia termasuk diri kita sendiri keluarga, dengan kesan yang
mendalam .
- Sikap lahir disesuaikan dengan batin, kedua tangan lurus
disamping kedua paha, pandangan mata lurus kedepan, ( tidak menunduk dan tidak
menoleh ) pemindahan arah harap sesudah sempurna membaca Waqulja…..dan
mendahulukan kaki kanan.
- Yang di baca setiap arah adalah Al Fatihah 1x Fafirru
ilalloh 3X, Waqulja….. dsb 1x. Yang pertama menghadap barat,lalu kearah utara,
timur , dan selatan.
Maksud dan tujuan tasyafu’an dengan berdiri adalah untuk mencetuskan rasa Ta’dhim
(menghormat) memulyakan dan mencinta sedalam-dalamnya kepada Rosululloh SAW wa
Ghoutsi Hadzaz Zaman wa saairi ahbaabillaahi RA, dengan hati yang tulus
semumi-murninya. Dasar dalam ber-tasyafu'an adalah sabda Nabi Muhammad SAW, ‘Berdirilah kamu sekalian untuk menghormat pimpinan atau
orang-orang pilihanmu“.
Menangis pada acara mujahadah
Tangis datang dari diri orang menangis itu sendiri yang
disebabkan oleh adanya suatu sentuhan jiwa atau rangsangan batin. Contoh sebab – sebab adanya tangis :
- Tangisnya bayi disebabkan adanya sesuatu yang di butuhkan
atau yang dirasakan pada dirinya seperti lapar, sakit, badan terasa kotor, dll.
- Sebab adanya susah karena mengalami musibah atau
penderitaan yang berat seperti sakit, kematian sanak famili, kehilangan
kekasih, harta benda dll.
- Sebab terlalu senang / gembira.
- Sebab terlalu takut pada sesuatu.
- Sebab adanya sesuatu yang berhubungan atau berkaitan
kepada Alloh SWT. Wa Rosulihi SAW dalam jiwa yang menangis.
- Tangis didalam pengamalan Sholawat Wahidiyah adalah
tangis yang berhubungan atau berkaitan dengan Alloh SWT. Wa Rosulihi SAW dan
motif tangis dalam Wahidiyah dapat terjadi dari bermacam – macam faktor (
pengaruh )
Misalnya :
- karena perasaan takut ( Khosyyah ) kepada Alloh SWT
- Karena adanya sentuhan jiwa yang halus sehingga merasa
penuh berlumuran dosa, penuh berbuat kedholiman, merugikan masyarakat dsb.
- merasa berasa berdosa kepada Alloh SWT, berdosa kepada
Rosululloh Saw, dosa terhadap orang tua anak keluarga, terhadap guru,
bangsa,negara pada umumnya.
- Karena sentuhan batin berupa ‘‘ Syauq ” dan ‘‘ Mahabbah
”( rindu dan cinta ) yang mendalam kepada Alloh wa Rosulihi SAW.
- Karena perasaan kagum atas keagungan Alloh SWT atas sifat
jalal dan Jamal – NYA dan atas kasih sayang dan jasa serta pengorbanan
Junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada ummatNya dsb. Semua itu semata
– mata karena atas Fadlol dari Alloh SWT, Syafaat Rosululloh SAW dan Nadhroh
Barokah dari Ghouts Hadzaz Zaman Ra. Yang harus di syukuri.
Para Nabi, para Rosul mulai dari kanjeng Nabi Adam AS
sampai Kanjeng Nabi Muhammad SAW serta orang–orang sholeh semua pernah menangis
yang ada hubungannya kepada Alloh SWT, bahkan tangisan itu menjadi sunnahNya,
terutama ketika mendengar ayat–ayat Alloh SWT, sesudah melakukan hal–hal yang
tidak diridloi oleh Allah SWT, seperti Kanjeng Nabi Adam AS yang hanya
melakukan satu kesalahan saja, Beliau menangis dalam waktu ratusan tahun, dan
lain sebagianya.
Firman Alloh SWT yahg menunjukkan hal menangis,“Mereka itu adalah orang-orang yang diberi ni'mat oleh
Alloh SWT, yaitu para Nabi dari keturunan Adam dan dari orang-orang yang Kami
bawa bersama NA, dan dari keturunan-Ibrahim & Ismail dan dari orang-orang
yang telah Kami beripetunjuk dan telah Kami pilik Apabila telah dibacakan
kepada mereka ayat-ayat Alloh Yang Maha Pemurah, maka mereka menyungkur dengan
bersujud dan menangis”(19 - MAR YAM 58).
Nabi SAW pun memerintahkan kita supaya menangis, ‘‘Wahai para manusia ! menangislah kamu sekalian
karena Alloh SWT , maka jika kamu belum bisa menangis , berusahalah untuk
menangis ‘’ riwayatkan oleh Abu Dawud. “Kuasailah ( jagalah ) lisan mu dan jembarkanlah rumahmu
dan tangislah dosa dosamu Diriwayatkan Tirmizi dari Uqbah bin Amir”
Bahwa orang yang menangis itu mempunyai keuntungan yang
sangat istimewa sebagaimana Nabi SAW bersabda : Artinya :‘‘ Dua jenis mata yang tidak akan tersentuh api
neraka ialah : satu mata yang menangis kerena takut pada Alloh SWT dua , mata
yang semalaman tidak tidak tidur untuk berjaga dalam sabilillah.”
Dan kerugian orang yang tidak mau menangis dia akan
dimasukan kedalam neraka , dan sebagaimana tercantum dalam Firman Allah, "akaka apakah kamu heran atas pemberitaan ini ?
kamu mentertawakan tidak menangis ? sedangkan kamu melengahkan !” Dan sabda Rosululloh : Artinya :‘‘ barang siapa berbuat dosa dan dia tertawa,
maka dia akan masuk kedalam neraka sambil menangis.‘‘
Tujuan dan maksud dari Nida’ Yaa sayidii Yaa rosulullooh
- Ta’dim wa Tawadduban : Mengagungkan dan beradab.
- Tasyaffuan : Mohon syafaat
- Mahabbatan : Cetusan rasa cinta
- Syauqon : Rindu yang mendalam
- Thadhollul wal inkisar : Merasa hina dan menyesali segala
dosa
- Terkabulnya Syafa’at di dunia dan akhirat
Dalam Kitah Jami’ul Ushul hal : 172. Diterangkan sbb, "Sesungguhnya rohaniyah Beliau SAW itu seperti
Jasmaniyahnya (semasa hidup maupun setelah wafat) dalam hal membimbing dan
sebagai sumbernya pertolongan dan sebagai tempat keluarnya hidayah dan petunjuk
Alloh SWT kapan saja dan dimanapun".
pengalaman dalam Wahidiyah menaungi orang yang sakratul
maut dengan Yaa Sayyidii Yaa Rosululloh, Al-Hamdulillah dikaruniai kemajuan dan
kemudahan si sakaratul maut dalam persiapan menghadap kembali kepada Alloh SWT,
Al- Hamdulillah Haadzaa Min Fadli Robbii. Dan Nidak Yaa Sayyidii Yaa Rosululloh
juga sebagai usaha untuk memperhubungkan rohaniyah kita dengan Kanjeng Nabi
SAW.
Disebutkan dalam Tafsir Showi, ‘‘Seberapa dekatnya (seseorang) terhadap
Rosululloh SAW maka sebegitulah ukuran dekatnya (seseorang) kepada Alloh SWT."